Permasalahan
alih teknologi dari jaringan 3G menuju 4G di Indonesia sebenarnya sangat banyak
jenisnya. Mulai dari masalah birokrasi, inftastruktur, SDM, bahkan sampai
masalah dana untuk mengimplementasikan teknologi 4G di Indonesia. Salah satu
masalah alih teknologi 3G ke 4G di Indonesia adalah tidak berimbangnya spektum
frekuensi yang dimiliki oleh operator seluler di Indonesia.
Menurut
Titon Duturo, "tidak meratanya penetrasi tersebut tercermin dari data
hasil migrasi lima operator, yaitu Tri memiliki 3G di 22 provinsi, Indosat 18
provinsi, XL 30 provinsi, Axis 14 provinsi, dan Telkomsel 33 provinsi. Sat ini
posisi frekuensi yang dimiliki kelima operator dalam menyelenggarakan mobile
broadband adalah telkomsel sebesar 7.5 MHz di pita 900 MHz, 22.5 MHz di 1800
MHz, dan 15 MHz di 2.1 GHz. XL sebesar 7.5 MHz di 900 MHz dan 1800 MHz, dan 15
MHz di 2.1 GHz. Sementara Tri memiliki 10 MHz di 1800 MHz dan 2.1 GHz. Axis 15
MHz di 1800 MHz dan 10 MHz di 2.1 GHz. Dari data tersebut terlihat alokasi
spektrum pada mobile broadband belum berimbang, sedangkan kebutuhan bandwidth
dimasa mendatang akan lebih besar dan untuk mengatasi hal ini harus dilakukan
rebalancing frekuensi pada setiap operator.
Permasalahan
lain dari alih teknologi dari 3G ke 4G adlaah 4G dapat merusak smartphone
karena penerapan teknologi 4G yang masih belum menyeluruh sehingga proses
handover dari 4G ke 3G ataupun 2G yang masih belum sempurna dan karena proses
handover yang terlalu sering handset pada smartphone menjadi cepat rusak.
0 comments:
Post a Comment