LTE atau
Long Term Evolution merupakan salah satu teknologi telekomunikasi yang termasuk
baru di Indonesia. LTE merupakan perkembangan dari teknologi 3G dimana LTE
menurut standar dapat memberikan kecepatan akses uplink hingga 50 megabit per
detik (Mbps) dan kecepaan downlink hingga 100 Mbps.
Gambar 1. Evolusi 3GPP
Sumber:
Jurnal LTE (Long Term Eolution), 2013
Gambar 2. Evolusi Jaringan LTE
Sumber:
Jurnal LTE (Long Term Eolution), 2013
Pada gambar
diatas terlihat bahwa LTE merupakan teknologi yang merupakan teknologi
perkembangan dari 3G menurut standar 3GPP (third generation partnership
project). Bandwidth dari teknologi LTE adalah 1,4 MHz hingga 20 MHz. Operator
seluler dapat memilih bandwidth yang diinginkan dan dapat memilih layanan yang
berbeda berdasarkan spectrum. Hal itu juga termasuk dalam tujuan desain dari
teknologi LTE yang dapat memungkinkan operator untuk memberikan akses paket
data pada suatu bandwidth.
Kelebihan
dari Teknologi LTE:
- Memiliki frekuensi bandwidth dengan berbagai variasi, yaitu 1.4, 3, 5, 10, 15 and 20 MHz.
- Mendukung semua gelombang frekuensi yang digunakan oleh system IMT dan ITU-R, kompatibel dengan teknologi 3GPP sebelumnya maupun teknologi lainnya.
- Pada daerah perkotaan frekuensi band yang lebih tinggi digunakan untuk mendukung kecepatan tinggi mobile broadband.
- Mendukung fitur MBSFN (Multicast Broadcast Single Frequency Network) yang memberikan layanan seperti Mobile TV dengan infrastruktur LTE.
Arsitektur
Jaringan LTE
Arsitektur
pada jaringan LTE memungkinkan untuk mendukung trafik paket switching dengan
mobilitas yang tinggi, serta QOS (Quality of Service), dan latency yang kecil.
Teknologi dari LTE ini memungkinkan mengizinkan semua layanan untuk menggunakan
koneksipaket. Oleh karena itu arsitektur dari teknologi LTE dirancang sederhana
yang terdiri dari e-Node B dan mobility management entuty/gateway dan semua
interface jaringan pada LTE adalah berbasis internet protocol (IP). Berbeda
dengan teknologi sebelumnya yaitu 3G yang dikatakan kompleks karena masih
menggunakan RNC (radio Network Controller). Dengan dihilangkannya RNC pada
arsitektur LTE karena LTE tidak mendukung soft handover dan terdapat beberapa
keuntungan dengan hanya terdapat single node pada jaringan akses, yaitu
pengurangan latency dan distribusi proses RNC pada eNodeB.
Gambar 3. Arsitektur Jaringan LTE
Sumber:
Jurnal LTE (Long Term Eolution), 2013
Pada LTE terdapat 2logical gateway, yaitu serving gateway (S-GW) dan
packet data network gateway (P-GW).
S-GW bertugas untuk
melanjutkan dan menerima
paket ke dan
dari
eNodeB
yang melayani user
equipment (UE). P-GW
menyediakan interface dengan
jaringan packet data network (PDN),
seperti internet dan IMS dan PGW
juga melakukan beberapa
fungsi lainnya, seperti
alokasi alamat, packet filtering, dan routing. Penjelasan mengenai arsitektur
lengkap LTE dalah sebagai
berikut:
- eNodeB
eNodeB
berfungsi sebagai RRM (Radio Resource Management) dan transciever dimana eNodeB
berperan untuk mengontrol dan mengawasi pengiriman sinyal serta berperan dalam
authentikasi kelayakan data yang melewati eNodeB.
- Mobility Management Entity (MME)
MME
mempunyai peran seperti MSC pada jaringan GSM yang berperan sebagai control utama
pada jaringan LTE yang bertanggung jawab untuk prosedur paging untuk idlemode
UE termasuk retransmisi. MME juga berfungsi untuk proses mangaktifkan atau
mnonaktifkan autentikasi user dengan bantuan dari HSS. MME juga berfungsi untuk
mengatur handover, yaitu memilih MME lain, untuk memilih SGSN untuk handover
dengan jaringan akses lain seperti 2G atau 3G.
- Serving Gateway (SGW)
Terdiri
dari 3GPP Anchor dan SAE Anchor, dimana 3GPP Anchor berfungsi sebagai gateway
paket data dari jaringan 3GPP dan SAE Anchor berfungsi sebagai gateway paket
datadari jaringan non 3GPP. SGW berfungsi untuk mnentukan rute paket dan
meneruskan paket data user sambal berperan menjadi mobility anchor saat
handover antar eNodeB untuk menghubungkan LTE dengan jaringan lain.
- Home Subscriber Server (HSS)
HSS
berfungsi sebagai database dari jaringan LTE. HSS adalah sebuah super HLR yang
mengkombinasikan HLR sebagai database dabn AuC sebagai autentikasi.
Sumber:
M, M. Rachmat; Gunawan, Putu Nopa; Mulyawati, Anizsah;
Patintingan, L. G. (2013). “ LTE ( LONG TERM EVOLUTION ),” 1–24.
0 comments:
Post a Comment